|
|
|
|
Artikel-artikel sosial dan
kemasyarakatan :
SWASTANISASI AIR
BERSIH PERDALAM DEPRIVASI DAN KEMISKINAN
Johannesburg, Kompas
Masalah sumber daya air bersih yang dibicarakan dalam sidang
pleno di Sandton Convention Center sampai Rabu (28/8) siang
waktu setempat ditengarai oleh para aktivis akan menjadi target
korporasi- korporasi internasional dengan dukungan Bank Dunia.
Padahal, masalah kesehatan dan kemiskinan akan teratasi kalau
semua orang memiliki akses yang mudah pada air bersih. "Apa
yang bisa Anda katakan tentang Konferensi Dunia mengenai
Pembangunan Berkelanjutan," kata Tom Goldtooth dari Indige-neous
Environmental Network. "Yang katanya bertujuan menghapuskan
kemiskinan, tetapi yang terjadi malah ancaman privatisasi sumber
daya yang amat sangat penting bagi keberlanjutan hidup manusia."
Padahal, Bab 18.8 dari Agenda-21 yang dihasilkan pada waktu
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro tahun
1992
berisi penghargaan kepada hak atas air bersih, manusia, dan
ekosistem dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
Dalam pertemuan mengenai Air untuk Program Kota-kota di Afrika
dua hari lalu dinyatakan, kesepakatan yang lemah mengenai air
dan sanitasi dalam KTT Bumi 10 tahun lalu dikhawatirkan membuat
posisi ini di dalam WSSD berada dalam situasi yang sangat rentan.
Padahal, di berbagai negara di Afrika, masalah air dan sanitasi
sama dengan deprivasi dan kemiskinan.
Masalah ini akan berpilin dan berkait dengan pertumbuhan jumlah
penduduk di dunia. "Kami berharap agar dokumen WSSD tentang
masalah ini dibangun dari Bab 18 Agenda-21, tetapi nyatanya
tidak," ujar Liane Greeff dari NGO Air dan Keadilan Afrika
Selatan, seperti dilaporkan wartawan Kompas Maria Hartiningsih.
Saat ini, sekitar satu milyar penduduk dunia tidak memiliki
akses pada air bersih, dua kali dari jumlah itu tidak memiliki
sanitasi yang memadai, dan setiap tahun tiga juta penduduk meninggal
oleh
berbagai penyakit yang disebabkan oleh air. Di kota-kota besar,
pasokan air bersih berkurang sekitar 40 persen oleh berbagai
sebab. Partisipasi sektor swasta di bidang ini meningkat menjadi
25 milyar dollar antara tahun 1990-1997 dari 297 juta dollar
AS pada periode tahun 1984-1990. Pada tahun 1990-an, sekitar
140 perusahaan swasta di bidang pengadaan dan pengelolaan air
bersih beroperasi di tingkat kelompok berpenghasilan menengah
dan rendah di berbagai negara. Menurut Direktur Bidang Energi
dan Air Bank Dunia Jamal Saghir, Bank Dunia mengadopsi empat
hal bagi isu air dan sanitasi, yakni kota yang nyaman untuk
kehidupan, iklim investasi, keseimbangan fiskal, transformasi
desa, dan menjaga lingkungan. "Kalau kita bicara efisiensi
dan pelayanan berkelanjutan bagi semua orang, harus diakui bahwa
pelayanan air bersih dan sanitasi lebih dari sekadar memasang
pipa," ujarnya.
Menurut dia, dibutuhkan investasi sebesar lima milyar dollar
AS
per tahun kalau ingin mencapai 77 persen dari sasaran Deklarasi
Millennium, dengan akses rata-rata pada air bersih sebesar 55
persen. Ini yang menyebabkan berbagai komponen civil society
(minus bisnis) berupaya keras untuk mempengaruhi pemerintah-pemerintah
mereka untuk mengakui bahwa air adalah hak yang harus dimasukkan
ke dalam deklarasi politik. Ketua Komite Utama WSSD Emil Salim
mengatakan, dalam masalah privatisasi, sebenarnya pemerintah
harus mengambil peran sebagai pengatur harga dan memberikan
perlindungan khusus serta jaminan kepastian kepada kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah dan paling rendah agar mereka
mendapatkan akses pada air bersih. Namun, Hira Jhamtani, aktivis
yang menjadi anggota delegasi resmi RI, mengingatkan, sifat
kerja sama seperti itu membuat pemerintah
acapkali tak berdaya, apalagi kalau tujuannya adalah memenuhi
kepentingan jangka pendek. "Privatisasi baik kalau demokrasi
sudah jalan dengan baik di suatu negara, ada transparansi baik
dan ada mekanisme untuk mengontrol kerja swasta dan pemerintah,
konsumen memiliki kekuatan untuk melakukan klaim, serta tingkat
pendidikan sudah berhasil membangunkan kesadaran kritis masyarakat,"
sambungnya. Merampas pendapatan
Direktur Eksekutif UN-Habitat Anna Tibaijuka dalam konferensi
pers di Media Center menyatakan, tidak adanya sumber daya yang
cukup dan keadilan dalam distribusi air bersih akan membuat
semakin sulitnya mengatasi masalah kemiskinan. Padahal, sasaran
dari Deklarasi Millennium adalah penghapusan angka kemiskinan
sampai sepertiganya pada tahun 2015. "Notion bahwa air
secara hakiki merupakan hak semua orang, saat ini menjadi mitos
karena perempuan miskin di permukiman-permukiman kumuh di kota-kota
besar di dunia sangat membutuhkan air dan mereka harus membayar
sangat mahal dari pendapatan hidup sehari-hari yang
sangat rendah, untuk memperoleh air bersih," ujar Tibaijuka.
Para aktivis yang berbicara dalam Forum Internasional untuk
Globalisasi akhir pekan lalu juga menolak segala bentuk privatisasi
air dan mengecap kebijakan semacam itu sebagai antimasyarakat
miskin. Koordinator NGO Air dan Kehidupan dari Bolivia, Oscar
Olivera, yang berbicara dalam forum itu mengatakan, harga air
bersih di Bolivia naik sampai 300 persen ketika perusahaan multinasional
dari Kalifornia, AS, mengambil alih pengelolaan air bersih.
"Keluarga- keluarga di Bolivia saat ini harus menyisihkan
seperempat penghasilannya untuk membeli air bersih," ujarnya.
Konsep swastanisasi air bersih menjadi isu besar, khususnya
di
negara-negara di Afrika. Peneliti dari International Labour
Resource and Information Group, Hameda Deedat, mengatakan, pemerintah-
pemerintah Afrika melalui Prakarsa Kerja Sama Ekonomi Baru untuk
Pembangunan Afrika (Nepad) telah mengingkari hak-hak rakyat
pada pelayanan kebutuhan dasar manusia, termasuk air bersih.
Sejak Nepad mengadopsi prinsip-prinsip swastanisasi, korporasi-
korporasi internasional telah mencecar pengadaan dan pengelolaan
air bersih sebagai bentuk kerja sama dengan Nepad. Masalahnya
kemudian, menurut Deedat, adalah akses orang miskin pada air
bersih. Karena bisnis secara alamiah bertujuan mendapatkan keuntungan,
menurut Olivera, korporasi internasional di bidang pengadaan
dan
pengelolaan air bersih di Bolivia berhasil menjaring pendapatan
lebih dari 14 milyar dollar AS, atau dua kali dari GDP Bolivia.
*
back to top
|
|
|
|
|
Dunia
ini tidaklah diisi oleh hitam putih saja , melainkan jauh dari
itu.. banyak diisi oleh medan di antara keduanya..
Setiap
insan tentu punya suatu kelebihan , sedang kekurangan adalah hakekat
dari adanya manusia Orang
besar adalah orang yang mampu bercermin pada masa lalu dan menjadikannya
pijakan dimana masa depan akan dilalui.
|
|