Ekonofisika: Seberapa Barukah?
Oleh Salomo Sinamungkalit
--------------------------------------------------------------------------------
SETELAH sering disebut-sebut dalam jurnal
ekonofisika lantaran
fluktuasi ekonominya yang seringkali dramatis dan sulit dijelaskan,
Indonesia tanggal 28-31 Agustus 2002 menjadi tuan rumah Konferensi
Ekonofisika Internasional yang berlangsung di Nusadua, Bali.
Konferensi yang diselenggarakan bersama oleh Universitas Pelita
Harapan, Binus, dan Perbanas pada Selasa 27 Agustus ini didahului
di Jakarta dengan seminar sehari, The New Global Trends and
Revolutions in the Economics and Financial Sector: a Lesson
for Indonesia. Tak kurang dari 52 fisikawan, ekonom, dan praktisi
keuangan Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, Jepang, Australia,
Mesir, Malaysia, dan Singapura dijadwalkan akan menyajikan makalah
berdasarkan riset terakhir mereka di seputar penerapan hukum
serta teori fisika-statistik dan fisika-matematika dari yang
klasik ke yang kuantum, yang relativistik, yang kuantum-relativistik,
sampai ke yang chaotic ke dalam ilmu ekonomi dan keuangan. Dari
ranah ekonomi tampil Paul Ormerod asal Inggris, sebagai pembicara
kunci, yang delapan tahun lalu mengguncang pandangan ekonomi
ortodoks dengan penerbitan bukunya, The Death of Economics.
Buku yang, menurut Sunday Times, menyingkapkan dan menelanjangi
kemelut ilmu ekonomi itu telah disadur dengan bagus oleh Parakitri
Tahi Simbolon dalam bentuk cergam berjudul Matinya Ilmu Ekonomi.
Dari kalangan fisikawan, nama yang mengorbit sebagai pembicara
kunci tak tanggung-tanggung pula, Constantino Tsallis. Guru
besar fisika dari Centro Brasileiro de Pesquisas Fisicas, Rio
de Janeiro, Brasil, itu adalah ahli termodinamika yang termasuk
pemula dalam pembaruan perumusan entropi hingga bisa digunakan
untuk menjelaskan
berbagai fenomena fisika dan biologi, dari perilaku fraktal
sampai
sifat bebas-waktu DNA dan makromolekul lainnya. Perampatan rumusan
entropi yang dilakukan Tsallis kini merupakan kajian canggih
dalam fisika teori yang membuat namanya disebut sebagai kandidat
peraih Nobel Fisika. Sementara itu fisikawan di seluruh dunia
telah memanfaatkan rumusan baru entropi ke dalam banyak
sistem, dari fisika zat padat hingga ke teori informasi.
***
PENYELENGGARAAN konferensi internasional
bidang baru dalam fisika maupun ekonomi ini sungguh mengejutkan
bisa berlangsung di Indonesia sebab jumlah fisikawan dan ekonom
Indonesia yang menggeluti bidang ini secara khusus belumlah
signifikan. Ekonofisika adalah bidang terapan fisika yang menggunakan
teknik-
teknik fisika untuk memecahkan persoalan ekonomi dan keuangan.
Nama Louis Bachelier dari Universitas Sorbonne, Paris, dengan
tesis doktornya tahun 1900, Teori Spekulasi, sering dirujuk
sebagai orang pertama yang mengajukan model matematika berdasarkan
teori gerak Brown dalam fisika untuk menjelaskan kinerja saham
dan memperlihatkan bahwa fungsi distribusi keuntungan berbentuk
gaussian. Namun, yang membuat fisikawan tertarik memasuki riset
ekonomi dan keuangan adalah keberhasilan sebagian kecil sarjana
dan doktor fisika yang bekerja di pasar uang dan bursa saham
Eropa memanfaatkan keterampilan mereka dalam matematika dan
komputasi untuk menganalisis
soal-soal kompleks yang dihadapi perbankan dan lembaga keuangan.
Dengan makin rumitnya pasar uang internasional, kebutuhan akan
ilmuwan roket ini-demikian sebutan bagi para fisikawan yang
bekerja di bidang keuangan-menanjak. Tentu gaji mereka naik
pula, konon sampai 100.000 dollar AS per tahun untuk pemula
dan 500.000 dollar AS per tahun bagi yang sudah profesional.
Beginilah perilaku fisikawan. Sekali melihat fisika statistik
dimanfaatkan untuk mengolah berlimpah data saham dan uang di
jantung pasar ekonomi kapitalistik itu-konon sampai 24 CD-ROM
data yang terkumpul dari transaksi bursa saham Amerika Serikat
dalam setahun- mereka terpancing mencoba seluruh teori fisika,
dari yang sederhana sampai yang kompleks seperti medan kuantum
relativistik, untuk merancang model-model dinamika ekonomi dan
berbagai interaksinya. Inilah yang terjadi di Amerika Serikat
sejak pertengahan tahun 1990-an di universitas-universitas-sampai
terbentuk Grup Boston pimpinan Eugene Stanley yang terdiri dari
fisikawan dan ekonom Massachusetts Institute of Technology dan
Universitas Boston-sampai ke lembaga riset semacam Santa Fe
yang termasyhur itu.
***
FENOMENA ini muncul beberapa tahun lebih
dulu di Eropa dan
bersifat menyeluruh, mencakup negara Eropa Barat dan Eropa Timur,
yang diperlihatkan dengan publikasi bertubi dalam jurnal fisika
dari sejumlah riset di bidang ekonofisika. Meskipun demikian,
pertemuan pertama Himpunan Fisika Eropa tentang aplikasi fisika
dalam keuangan baru berlangsung bulan Juli 1999 di Dublin, Irlandia.
Pada saat itulah Dekan Fakultas MIPA Universitas Pelita Harapan
Dr Yohanes Surya melamar pada Eugene Stanley supaya Indonesia
bisa menjadi tuan rumah bagi konferensi pertama yang menggunakan
nama ekonofisika. "Saya hanya bilang bisa menyediakan tempat
saja ketika Stanley tanya apa yang dapat disediakan Indonesia
untuk menyelenggarakan konferensi ini," kata Yohanes. Kebetulan,
seperti yang diungkapkan fisikawan Universitas Indonesia (UI),
Dr Terry Mart, dalam rubrik Bentara Kompas, 5 Oktober 2001,
Indonesia memang kerap isebut dalam
jurnal ekonofisika karena fluktuasi ekonomi dan keuangan di
sini
sulit dijelaskan dengan model-model fisika statistik yang sudah
diterapkan pada perubahan harga saham dari waktu ke waktu di
Eropa dan Amerika Serikat. Sebegitu barukah ekonofisika itu,
belum sepuluh tahunan, atau baru seratus tahun bila merujuk
pada Bachelier? Riset yang digarap fisikawan Nicola de Liso
dan Giovanni Filatrella baru-baru ini-dengan dukungan dana Bagian
Hukum Institut Kajian Antardisiplin Lanjut, Universitas Lecce-memperlihatkan
bapak ekonomi Adam Smith (1723-1790) pun telah menggunakan teori
gerak benda planet dalam astronomi untuk
menjelaskan prinsip-prinsip ekonominya. Tumpang tindih yang
tak diduga sebelumnya antara pemikiran filsuf ekonomi Adam Smith
dan fisikawan masa kini dapat ditemukan dalam karya Smith, The
Principles which Lead and Direct Philosophical Enquiries; Illustrated
by the History of Astronomy, yang ditemukan tahun 1795, lima
tahun setelah Smith meninggal. Ekonom Indonesia, Dr Iwan Jaya
Azis, yang kini meneliti di Universitas Cornell, dalam tulisannya,
Konsep Ruang untuk Ilmu Ekonomi: Suatu Pendekatan, pada buku
kumpulan esai 70 tahun Prof Dr Sumitro djojohadikusumo (1987),
coba menggunakan prinsip kesetaraan
ruang dan waktu ala Albert Einstein untuk mengawali masuknya
unsur ruang atau spasial dalam analisis ekonomi. Sudah barang
tentu dari kalangan fisikawan maupun ekonom, baik di negara-negara
maju maupun di Indonesia, banyak yang masih alergi dengan
ekonofisika ini. ()
back to top