Berpetualang
di Dunia Teori
Zaman ini adalah
era dimana teori berkuasa. Apa yang tidak bisa dijelaskan
oleh teori? Terlepas dari beragam kritik terhadapnya,
teori mampu merambah hampir seluruh dimensi kehidupan
manusia. Sebagai hasil dari ditemukannya metode berpikir
ilmiah, teori telah membebaskan—sekaligus mengkukung—manusia
dari cara-cara lama dalam menjawab dan menjelaskan
segala hal tentang dunianya. Manusia tak perlu lagi
mengumbar prasangka, patuh pada intuisi, menantang
bahaya dengan trial and error ataupun membodohkan
diri dengan takluk kepada mitos, yang menurut Kuntowijoyo,
“selalu menghindari yang konkert, menuju sesuatu yang
abstrak”.
Buku Teori-teori
Sosial : Observasi Kritis terhadap Filosof Terkemuka,
mengajak pembaca budiman berkelana didunia teori.
Baik yang kanan ataupun kiri, pusat ataupun marjinal.
Buku ini tak hanya mengetalasekan ide-ide para filusuf
yang menjadi mode dan membentuk faksi-faksi intelektual—macam
Durkhemian, Waberian, Marxian. Fenomenologis, Strukturalis.
Namun secara hati-hati juga memasukkan bebrapa teori
penting lain yang mungkin terdengar agak asing oleh
telinga kita.
Menurut Peter Beilharz, sang editor, pencakupan dan
pengesampingan pemikiran filusuf dalam buku ini tidak
saja berkaitan dengan kualitas teori itu sendiri.
Akan tetapi juga berkaitan apakah suatu teori ,yang
meski tidak populer namun penting, masih akan dibicarakan
orang sepuluh tahun mendatang. Pemikiran Richard Rorty
misalnya, tidak disertakan karena kesederhanaan klaim-klaimnya
yang mudah untuk dipahami. Atau pencantuman Jeremy
Seabrook, yang paling sering luput dari perhatian
akademisi hanya karena ia seorang wartawan. Padahal
usahanya untuk memperluas sosialisme etis Inggris
dari ruskin, Morris dan tawney dengan cara membentangkannya
hingga mencakup kerangka persoalan sistem dunia, sulit
untuk dianggab tidak penting. Beberapa pemikir yang
sebenarnya diluar domain kajian sosial, seperti Gramsci
yang lebih sebagai ilmuan politik maupun Sigmund Feud
patronnya Psikoanalisis juga mendapat tempat di buku
ini.
Berbeda dengan bagian-bagian selanjutnya buku ini
yang berbicara tentang ide-ide utama, konstelasi sosial
ekonomi dan politik yang menjadi setting serta biografi
singkat para filosof, Peter Beilharz justru membuat
prawacana yang seakan menjadi forum diskusi kritis
mengenai dinamika teori-teori sosial selama ini. Hal
ini semakin membuat kompilasi bunga rampai teori sosial
ini kian berbobot. Polemik tentang positivisme yang
diusung August Comte, berkurangnya sikap tiranik teori-teori
besar (grand narratives) , maupun pertentangan antara
empirisi disatu pihak dengan teoritisi dipihak lain.
Buku yang berjudul
Teori-teori Sosial: Observasi Kritis terhadap Para
Filosof Terkemuka, merupakan sebuah kumpulan dari
banyak bunga rampai tentang teoritisi dan teorinya.
Ia lahir dari konferensi tahunan TASA (The Australian
Sosiological Association), Konferensi Tahunan Asosiasi
Sosiologi Australia 1989—sekelompok orang yang saling
berbeda tapi tekun dan penuh gairah, serta punya kepedulian
terhadap teori sosial di Australia. Kepedulian itu
diwujudkan oleh para kontributor dalam bentuk ulasan
yang ringkas namun padat, mengenai para teoretisi
(yang biasanya) menjadi favorit mereka, agar dikenal
khalayak luas.
Buku ini sangatlah berguna untuk siapa saja. Baik
yang memang bergelut dengan teori sosial, maupun bagi
yang sekadar tertarik untuk mengetahui. Pengetahuan
baru, perspektif baru dan meluaskan cakrawala pemahaman
kta tentang kehidupan sosial.
Satu lagi yang dapat kita petik, bahwa selama ini
kita terlena untuk hanyut dalam mainstream teori sosial.
Bangga dengan label faksi-faksi intelektual macam
Marxian, Gramscian, dan yang lainnya. Tanpa kita sadar,
kta lebih bangga berbicara, bnepikir atas nama orang
lain. Pierre Bourdieu dengan tepat mengkritik tipu
daya akademis, para intelektual penggembira yang gemar
mengait-ngaitkan diri secara latah dengan karya-karya
terpilih. Merasa hebat bila orang lain tidak menengerti
dengan apa yang dibicarakan.
......Oleh
: Ashari
Cahyo Edi
back
to top