|
|
|
|
Artikel-artikel sosial dan
kemasyarakatan :
Perlu Paradigma
Baru Kesejahteraan Sosial
Jakarta, Kompas
Sebelum Departemen Sosial dilikuidasi pada tahun 1999, sebenarnya
telah dilakukan pengkajian yang menghasilkan kesimpulan bahwa
mutlak perlu dilakukan pergeseran paradigma atau pola pikir
pembangunan kesejahteraan sosial. Pergeseran paradigma itu antara
lain dari pendekatan sentralistis yang kurang mempertimbangkan
keunikan daerah dengan nilai sosial budayanya yang beragam,
menjadi pendekatan desentralistis yang mengedepankan potensi
dan sumber kesejahteraan sosial keluarga dan komunitas setempat.
Pendapat ini dikemukakan Deputi IV Badan Kesejahteraan Sosial
Nasional (BKSN) bidang Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial Achmad Sudijar dalam pertemuan
Curah Pendapat Kesejahteraan Sosial di Jakarta, Rabu (21/6).
Acara yang diadakan BKSN itu diikuti para wartawan, pakar, praktisi
dan wakil instansi-instansi yang kegiatannya berkaitan. Achmad
menyebut sepuluh pergeseran paradigma pengembangan kesejahteraan
sosial lainnya. Di antaranya adalah dari pendekatan yang berorientasikan
masalah menjadi pendekatan yang berorientasikan hak asasi manusia
(HAM) yang berkeadilan sosial. Dari pendekatan yang berlandaskan
mobilisasi yang sifatnya instruktif-otoritatif, menjadi pendekatan
yang berlandaskan partisipasi yang mengedepankan tanggung jawab
sosial masyarakat. Dan dari pendekatan yang berorientasikan
modal ekonomi berupa kucuran dana dari pemerintah, menjadi pendekatan
yang berorientasikan modal sosial yang mengedepankan mekanisme
jaminan sosial masyarakat.
Senada dengan paradigma kesejahteraan sosial yang mengutamakan
modal sosial itu Prof Dr Paulus Tangdilintin, guru besar kesejahteraan
sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Indonesia menyatakan, pembangunan ekonomi selama ini justru
mematikan potensi masyarakat. "Mereka yang tadinya miskin
tetapi bisa hidup setelah dibantu dengan pinjaman malah menjadi
lebih miskin karena menjadi punya utang. Sebagian masyarakat
kita masih berada pada taraf hidup subsisten, sehingga belum
berada pada tingkat terima duit kredit," katanya.
Ia mengingatkan, para pejabat di BKSN harus dapat meyakinkan
para pengambil keputusan bahwa pembangunan ekonomi akan menjadi
bencana, jika melupakan pembangunan sosial. Pembangunan yang
memberdayakan rakyat, yang menjadi cita-cita pemerintahan sekarang,
hanya akan terwujud jika pembangunan sosial ditempatkan setara
dengan pembangunan ekonomi. "Saya kira, arah reformasi
pembangunan kesejahteraan sosial yang ingin digugah oleh Presiden
Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid-Red) adalah mengimbangi pelayanan
yang bersifat karitatif dan rehabilitatif dengan pelayanan yang
bersifat developmental, agar tidak menciptakan ketergantungan
dan melestarikan wujud negara kekuasaan. Kelihatannya sinyal
yang dilepas Gus Dur ini belum ditangkap dengan baik oleh radar
BKSN," ujar Tangdilintin. (ij)
back to
top
|
|
|
|
|
Dunia
ini tidaklah diisi oleh hitam putih saja , melainkan jauh dari
itu.. banyak diisi oleh medan di antara keduanya..
Setiap
insan tentu punya suatu kelebihan , sedang kekurangan adalah hakekat
dari adanya manusia Orang
besar adalah orang yang mampu bercermin pada masa lalu dan menjadikannya
pijakan dimana masa depan akan dilalui.
|
|